Todetang – Ungkapan Hati Guru asal Buton kepada Paus Fransiskus di Katedral RGO303, Bahas Toleransi hingga Pendidikan

Todetang – Seseorang guru asal Pulau Buton, Sulawesi Selatan, bernama Anna Nur Awalia, mengatakan isi hatinya di Live Chat Rgo303 pada atasan paling tinggi Gereja Kristen sejagat, Paus Fransiskus di Gereja Basilika, Jalur Alun- alun Banteng, Jakarta Pusat, Rabu( 4 atau 9 atau 2024).

Anna yang ialah bagian dari Scholas Occurents, suatu komunitas anak muda yang dibuat oleh Paus Fransiskus di Argentina pada 2013, memberitahukan dirinya selaku seseorang dosen, penyedia anak, serta seseorang penyebar radio, dan seseorang bunda.

” Aku mengutip kedudukan sebesar bisa jadi, sebisa aku di tiap bagian linimasa kehidupan supaya aku bisa memuat bumi pembelajaran serta memberitahukan catatan mengenai berartinya bimbingan buat menangani kekurangan,” nyata Anna, diambil dari pancaran langsung Paus Datangi Basilika Jakarta di YouTube Kompas. com, Rabu( 4 atau 9 atau 2024).

Di depan Paus Fransiskus, Anna mengatakan rasa syukurnya sebab buat awal kali dalam hidupnya beliau terletak di dalam Basilika, suatu gereja yang disucikan pemeluk Kristen yang berhadapan dengan Langgar Istiqlal, tempat beliau lazim beribadah.

Untuk Anna, kehadiran Gereja Basilika serta Langgar Istiqlal yang silih berdekatan merupakan ikon keterbukaan, suatu pelajaran berarti yang sudah dipelajarinya lewat agama serta bermacam pengalaman hidupnya.

Ini ialah ikon keterbukaan, di mana perbandingan sepatutnya kita hadapi serta kita jembatani. Aku berlatih keterbukaan lewat agama aku serta kala bersama Scholas pula mengarahkan keterbukaan yang serupa semacam yang diajarkan oleh Islam,” tutur Anna.

Dalam peluang itu, Anna mengatakan gimana Scholas Occurrentes sudah membuat pemikirannya mengenai pembelajaran serta keterbukaan. Anna mengatakan, kurikulum Scholas yang mementingkan pada pembelajaran inklusif serta atensi kepada kanak- kanak miskin, searah dengan visi kurikulum merdeka berlatih yang beliau lakukan dalam profesi tiap harinya.

” Scholas dalam pedagogikalnya, kurikulumnya, melatih aku buat memandang bumi dari tepi jalur, orang miskin kota, kanak- kanak yang dahaga sekolah, serta seharusnya disekolahkan. Menyadarkan mereka yang banyak modul kalau hidup tidak cuma mempertimbangkan diri sendiri,” cakap Anna sembari berkilauan.

Beliau pula menyanjung metode Scholas yang mencermati serta menghormati tiap orang, menjadikannya bentuk komunikasi yang efisien dalam menghasilkan area pembelajaran yang serasi. Anna menekankan pertanyaan berartinya menghasilkan angkatan guru belia yang bukan cuma pintar, namun pula senang.

” Aku memahami Scholas lewat pembimbing aku, setelah itu menjajaki cara tesnya yang lumayan jauh. Aku amat senang kala diklaim lolos serta jadi salah satu regu dari Scholas, student, serta pula volunteer,” nyata Anna.

” Aku terpikat mengenali kalau mereka menyayangi pembelajaran begitu juga aku cinta bumi yang serupa bersama kanak- kanak, novel, literasi, seni, teknologi, permainan, serta ruang berlatih,” lanjutnya. Sepanjang 2 tahun bekerja sama dengan Scholas di bermacam bagian bumi, di antara lain Italia serta Liberia, Anna merasakan alangkah berartinya menggabungkan prinsip- prinsip ilmu keguruan yang diajarkan Scholas ke dalam kehidupan.

Beliau merasa termotivasi buat melanjutkan bentuk kurikulum itu pada anak didik serta kawan kerjanya di Indonesia, yakin kalau tata cara itu bisa menghasilkan angkatan belia yang pintar serta senang.

Di Scholas kita dialog banyak perihal pertanyaan bumi pembelajaran, kurikulum penting, digital literasi, isu- isu angkatan belia, adat serta area hidup, wanita serta kanak- kanak yang wajib dilindungi serta sedang banyak lagi,” jelas Anna.

Anna pula mengatakan kalau proyek- proyek Rgo303 Alternatif edukatif yang beliau ikuti bersama Scholas serta pucuk Bhinneka, yang mengaitkan 250 anak belia dengan bermacam kerangka balik membagikan pengalaman bernilai dalam mencermati serta menguasai bermacam pemikiran dan mimpi kanak- kanak itu.

” Mencermati merupakan metode komunikasi terbaik dalam ruang pertemuan, listen, listen, listen, and speak. Dengan metode itu kita dapat menjembatani seluruh wujud perbandingan jadi satu,” ucap Anna. Di akhir catatan yang disampaikannya, Anna mengajak Paus Fransiskus buat mencermati 2 anak yang hendak menggantikan suara batin mereka, selaku bagian dari usaha buat menguatkan jembatan keterbukaan serta uraian antarbudaya serta agama.

Todetang – Ungkapan Hati Guru asal Buton kepada Paus Fransiskus di Katedral RGO303, Bahas Toleransi hingga Pendidikan
Ditag di:    

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *